IN MEMORIAL KAK ONA / CATATAN
22 Oktober 2017
“Come awake oh my soul” itulah lagu yang paling menyentuh saya. Setiap kali mendengar lagu itu rasanya sedang mengajak saya untuk menari. Tarian adalah sesuatu yang mengagumkan. Setiap kali saya melambaikan tangan saya sebagai penghormatan kepada Allah, seperti ada nuansa surga yang menari bersama. Pengalaman indah terjadi saat saya dan ka ona pernah membawakan tarian di natal Surabaya Revival Center 2014 dengan lagu tersebut.
Ka Ona, nama yang akrab disapa. Saya pertama kali bertemu dengannya pada saat Ibadah Raya SRC tahun 2013. Awal saya baru datang ke Surabaya. Saya mengenalnya lebih dekat ketika saya mula bergabung dalam pelayanan di gereja sebagai singer dan tamborine serta pengurus Fire House.
Banyak hal yang saya pelajari dari Ka Ona kelembutan, kesabaran, dan kemurnian hati itulah dia. Saya sempat berpikir orang seperti apakah ini ? Selama hidupnya tidak pernah marah, sungguh saya tidak pernah mendapatinya. Dia orang selalu berkata : “ya ce”, “siap ce” “ia ade” dalam segala keadaan. Tidak pernah ada kata-kata “maaf ce aku ga bisa, atau maaf ce aku lagi sibuk” “aku lagi sakit” dan lainnya. Orang yang selalu stay dan siap disegala keadaan.
Masih tergambar senyuman dan ekspresi yang tidak pernah saya lupa dalam ingatan saya, ketika kami menciptakan beberapa gerakan tarian yang mudah kami hafal, dan itu berhasil kami lakukan dengan baik. Saat itu dia meloncat-loncat kegirangan layaknya seorang anak kecil. Saya kadang-kadang lupa kalau kita memiliki perbedaan usia yang cukup jauh. Dia adalah patner, kakak, dan teladan yang baik bagi saya. Ketika saya marah-marah untuk sesuatu hal yang tidak mengenakan saya ataupun kami berdua dengan suaranya yang paling lembut itu yang selalu menenangkan saya. Hal yang paling menyenangkan bagi saya adalah ketika kami dijadwalkan pelayanan tamborine bersama. Karena itu saya tidak pernah kuatir ataupun takut nanti gerakannya salah atau keliru. Lupa gerakan/salah gerakan itu sering kalau sama ka Ona. Kalau sudah didepan altar dan tiba-tiba hilang ingatan... J J. Satu moment yang paling membekas dalam ingatan saya waktu itu ka Ona dijadwalakan menari dengan Angel. Tetapi pada hari sabtu latihan PAW Angel tidak datang. Dan hari minggu ka Ona yang menjadi penari tunggal. Saya berpikir, jika saya jadi ka Ona. Saya tidak pernah melakukan hal tersebut. ada beberapa orang yang sempat mengejek/menyindir dll, tetapi itu tidak membuat ka Ona berpikir untuk tidak melakukannya. Dengan segenap hati, lambaian tangan, dan gerakan tubuh serta ekspersinya seperti sedang menyambut kedatangan Raja.
Waktu itu pelayanan itu seperti sebuah tekanan bagi saya. Saya merasa orang digereja dan komunitas terlalu menyibukkan diri dengan penampilan atau upacara agama. Itu yang saya rasakan ketika mulai begabung dengan pelayanan tamborine. Gerakannya salah dimarahi, telat dikit dimarahi, apa-apa dimarahi jujur itu menjadi sebuah tekanan bagi saya. Tetapi kehadiran ka Ona itu sering membuat saya untuk tetap tinggal dan taat. Dia tidak pernah menasehati saya secara rohani, tetapi tindakan dan cara hidupnya itu yang mengubahkan saya. Ada beberap teman yang tergabung dalam pelyanan tamborine namun saya lebih pas dan merasa senang jika dipasangkan dengan ka Ona.
Saya dan Ka Ona juga tergabung dalam Tim Doa di SRC. Tiap kali selesai ibadah minggu kami (Seni, Ka Hendry, Ka Ona dan saya) akan kumpul praymeet, kadang-kadang doa sampai kami lupa batas waktu. Pesan-pesan dan segala yang tertutup itu dibukakan. Diantara kami berempat, Ka Ona yang selalu merendahkan hati, apa adanya, dan tidak pernah berkata woww, inilah pesan Tuhan. Orang yang paling serius kalau doa dan menyembah dalam keadaan apapun.
Baru saja kebahagiaan yang kami (keluarga SRC) bersukacita tepatnya bulan oktober 2015, saat itu ka Ona dan ka Paul wisuda. Setelah lewat beberapa waktu sesuatu yang tidak pernah kami bayangkan terjadi. Ka ona mengalami kecelakaan tunggal pada saat perjalanan pulang dari bandara Juanda. Kecelakan yang paling sangat parah mengakibatkan ka Ona harus menjalani operasi pada beberapa bagian tubuhnya yang mengalami cedera. Banyak terjadi setelah itu. Diwaktu yang sama teman kami Tika berhenti kuliah dan memutuskan pindah ke kalimantan untuk kerja. Ada sesuatu perubahan yang terjadi. Saya melihat bahwa orang-orang yang selama ini saya katakan orang-orang kuatnya saya mulai ditarik Tuhan satu per satu. Tika orang yang bisa diandalkan untuk RIS, dan Ka Ona orang yang diandalkan di segala pelayanan. Satu hal yang saya dapatkan waktu itu :
Ketika Tuhan Menarik Orang-Orang Kuat Kita
Tuhan Sedang Memaksakan Kita Untuk Next Level -Vs
Selama proses pemulihan ka Ona, saya harus mulai belajar untuk menglead anak-anak FH Manukan. Dulunya sering dihandle ka Jo dan ka Ona juga Rocky. Namun sekarang saya yang harus mengambil tongkat itu. Saya belajar banyak disana. Mulai belajar dengan sungguh-sungguh memperhatikan pemuridan rabu dan FH hari jumat serta mulai mementori anak-anak. Teladan dan gambaran yang ka Ona tunjukkan ke saya itu mulai saya pegang erat-erat, itu secara natural terjadi. Sifat pengembalaan itu mengalir. Saya mendapati bahwa :
Bukti Dari Sebuah Hubungan Adalah Dampak -Vs
Itulah awal suatu musim yang baru, bagi saya dan komunitas SRC. Yang paling membuat saya agak berat ketika ka Ona benar-benar pulang ke Kisar dan tidak kembali lagi. Saya merasa saya masih membutuhkan ka Ona, saya masih perlu ditemani, masih pengen share dengannya.
19 Oktober 2017 ka Ona kembali ke pangkuan Bapa, tepatnya 2 tahun setelah kecelakaan. Adalah sebuah kasih karunia bagi Ka Ona untuk mengerjakan panggilannya di Kisar sebagai seorang Guru. Hal itu membuat saya begitu sedih dan merasa kehilangan. Saya merasa sosok kakak terbaik bagi saya sudah tiada, kami seperti sudah menjadi saudara sedarah di dalam Tuhan. Ada banyak cerita yang belum selesai, namun Rencana Tuhan berbeda, 2 bulan sebelum saya pulang ke Kisar Ka Ona sudah di panggil pulang.
Mungkin banyak yang tidak mengenal Ka Ona, tidak banyak yang tahu, tapi benih ketaatannya ka Ona hari ini mulai hidup di setiap pulau. Terima kasih untuk setiap taburan dan teladan hidup yang sudah termeterai dalam hati kami
Kita Tidak Pernah Tahu Kapan Kita Mencapai Batas Akhir
Karena Itu Jangan Menunda Apapun
Jangan Berpikir Waktu Kita Masih Panjang “Saya Bermain-Main Dulu”
Tetapi Kerjakanlah Apa Yang Dijumpai Tanganmu
Lakukanlah Selagi Kita Hidup
Selagi Kita Diberi Kekuatan,
Selagi Ada Kesempatan.
-vs
Written by
Vonneth Glorya S
(Surabaya, 2017)
Komentar
Posting Komentar