Gate 271 - Letti, my deepest desire
[Nuwewang, 13 Januari 2024]
Letti, saya menemukan kembali puisi-puisi yang ku tulis d tahun 2020. Yah 4 tahun lalu. Salah satu tulisan yang sangat menggugah saya hari ini adalah tulisan tentang kerinduan pulang ke Letti.
2020 adalah tahun dimana saya mulai merintis kerja di ambon sejak masa covid-19. Memulai semua dari nol, tanpa apa-apa, tanpa restu orangtua pula.
Karena membaca tulisan tentang pulau letti ini, saya mengingat sebuah kejadian di tahun itu, alasan lahirnya tulisan tentang Letti.
Suatu malam sekitar bulan September dan Oktober, 3-4 bulan awal saya di Ambon, mencoba cari kerja, melamar dan memulai semua.
Suatu malam di kamar tidur, waktu itu saya masih nge-kost d Wisma Damai Sejahtera di Passo, tempat yang menjadi basecamp KFN Ambon dan Fire Generation. Salah satu kamar yang saya tempati, ada peta Maluku. Peta itu cukup besar jadi di pajang di dinding kamar.
Malam itu, saya tidak bisa tidur karena terus menerus memandangi Peta yang banyak pulau-pulaunya. Pandangan mata saya pertama tertuju di Kabupaten Maluku Barat Daya, Pulau Letti, dan mulai terus menerus memandangi dengan detail, satu pulau demi satu pulau, hingga sampai ke Kabupaten Kepulauan Aru dan Buru. Saya terus menerus menangis memandangi pulau-pulau. Waktu itu saya merasa, salah langkah karena seharusnya saya berada d pulau-pulau, harusnya saya ada di pulau Letti atau Pulau Moa, bukan d kota Ambon.
Saya menangis karena ada sebuah kerinduan yang sangat besar, kerinduan ilahi akan pulau-pulau, the deepest desire (kerinduan terdalam) saya akan pulau-pulau (this is my calling). Mungkin banyak orang tidak memahami tentang ini, hanya Tuhan. Tangisan itu berlangsung sampai dini hari dan mata saya masih belum bisa terlepas dari peta pulau-pulau. Dalam hati saya bilang "Tuhan, suatu hari nanti pasti saya akan kembali".
Ketika menemukan tulisan tentang Letti, rasa dan gejolak yang sama seakan terkubur selama 4 tahun kembali bangkit, kembali menyala. Dalam hati saya Roh Kudus memberi pengertian bukan hanya Letti, tetapi semua pulau. Letti adalah representasi dari pulau-pulau d MBD dan Maluku, Letti adalah awal mula tempat saya dan teman-teman menemukan api.
Dan hari ini, setelah 4 tahun bekerja d Ambon, dengan cara Tuhan yang ajaib, dengan penuh airmata menolak tapi akhirnya taat (hahaha). Tuhan bawa saya kembali ke pulau-pulau. Di pulau paling selatan dan paling Barat MBD, Pulau Wetar. semuanya kembali di nol kan Tuhan.
Penuh tekanam dan penolakan dari diri saya bahwa, ini bukan panggilan Tuhan. Harus menjalani kembali menjadi benih, banyak tantangan dan kesusahan. Awal-awal di Wetar (Arwala) penuh airmata, Saya selalu bilang Tuhan saya gak sanggup.. Tuhan kembalikan saya ke Ambon..
setelah 5 Bulan disini, saya berkata " Tuhan terima kasih, Kau utus saya kesini" saya jadi mengerti dan melihat lebih luas. Saya merasa hidup saya lebih berarti, saya kembali memberi warisan (musik) untuk anak-anak disini.
Saya terkendala sinyal yang sulit untuk mengikuti perkembangan dunia luar, tapi hati saya di luaskan Tuhan, seperti moto hidup saya sejak 2019 (masuk dunia kerja) "melangkah seluas hati"
Saya kembali berpikir mengapa waktu Tes P3K saya tidak mengambil pulau Letti? entahlahh apa yang di pikiran saya waktu itu. Saya di gerakan Tuhan untuk mengambil tempat yang paling jauh dan sunyi. Sungguh, apakah saya sedang ingin bertapa?😄. Dengan cara seperti ini bagaimana saya bisa bertemu dengan jodoh saya? Jodoh saya makin jauhh Tuhan,.. hahha ada-ada saja mencobai diri. Setelah di pikir-pikir, sebagai wanita yang masih lajang, saya cukup berani.
Memang cara Tuhan selalu banyak plotwistnya, apapun itu mesti kita tidak mengerti. Suatu hari kita akan bersyukur karena melihat keindahan dari rencanaNya.
Saya merenung terus merenung dan akhirnya mengerti bahwa Wetar (Arwala) adalah padang gurun dimana Tuhan menghanguskan kirbat lama saya. Jika memilih Letti atau Moa atau tempat yang aman, saya bisa pastikan saya akan tetap hidup dengan kirbat lama saya, hati saya yang sekecil pulau Ambon. Saya bahkan sudah lupa dengan panggilan saya adalah untuk pulau-pulau. Hati yang kecil dan sempit itu sekarang di ganti Tuhan menjadi seluas pulau-pulau dan laut yang membentang. Wow...
Pesan saya, jangan batasi hati Tuhan dengan zona aman kita. Kadang kita harus keluar dari zona aman. Kadang kita harus merasakan perjalanan padang gurun, namun justru karena itu kita bisa melihat tiang awan dan api secara nyata.
Kadang kita harus siap jadi benih dari awal, setelah tumbuh dengan megah dan banyak buah.
Seperti pesan Awal tahun ini, yang saya dapat dari Tuhan, bahwa perjalanan saya tahun ini seperti benih, harus berjuang dari nol, berjuang untuk tetap tumbuh apapun musimnya. Benih akan tetap tumbuh ketika selalu ada di tepi aliran Air.
Sekian dulu dari saya. Tulisan ini saya tulis di jam 1 dini hari (terbangun karena lapar dan tidak bisa tidur)
sampai bertemu di cerita selanjutnya
With Love
Oneth
Arwala, 28 Sept 2024
Komentar
Posting Komentar